Dalam pandangan Dr. Tb. Erwin Kusuma, Sp.KJ. hantu termasuk kategori
makhluk halus. Masyarakat Jawa punya sebutan yang kaya untuk makhluk
itu. Gendruwo, wewe gombel, banaspati, tuyul, dsb.
Tidak seperti manusia yang punya badan kasar dan badan halus, hantu cuma
memiliki badan halus, sehingga sering disebut makhluk halus. Dengan
energi sinarnya makhluk halus dapat menggetarkan diri dan masuk dalam
gelombang sinar tampak. Pada saat itulah pancaindera kita bisa
menangkapnya.
Orang yang meninggal, setelah badan kasarnya membusuk, bakal menjadi
makhluk halus juga. Sama dengan sifat manusia yang beragam, makhluk
halus pun bisa baik atau jahat. ”’Kan kita boleh memilih, mau jahat atau
mau baik,” ujar psikiater yang juga mendalami hipnoterapi ini.
Menurut Erwin, golongan orang waskita bisa melihat makhluk halus dengan
menggunakan badan halusnya. Demikian pula mereka yang terlatih atau
berbakat. ”Saat melihat itu bukan berarti mata yang melihat, tetapi
badan halus dengan extra sensory perception (ESP). Kalau kita pakai
sensory perception (SP), ya enggak akan kelihatan,” tutur Erwin.
Soal wujud yang menakutkan, Erwin yang berpraktik di Klinik Prorevital
Jakarta itu mengungkapkan, semua itu lantaran manusia jarang melihatnya.
”Kalau Anda seumur-umur enggak pernah melihat sapi lantas tiba-tiba ada
sapi besar di depan Anda, pasti Anda takut, padahal sapi itu diam
saja,” katanya menganalogikan.
Ia berpendapat, kita sebenarnya tak usah takut dengan makhluk halus,
karena diri kita juga makhluk halus yang jauh lebih sempurna karena
punya badan kasar. Malah disarankan untuk hidup berdampingan secara
damai. ”Kalau ia iseng tinggal dibicarakan, asal jangan diusir. Caranya
dengan omong lisan atau dengan niat,” jelas Erwin.
Jadi, untuk apa takut, kalau kita bisa hidup damai berdampingan?
0 komentar:
Posting Komentar